Wednesday, April 11, 2018

Test Drive, Calya Libas Tantangan Malang-Surabaya


Rangkaian sesi test drive 'Calya Wonderful Journey', yang digelar PT Toyota Astra Motor (TAM) di beberapa kota sejak Agustus lalu, mengakhiri perjalanannya dengan menempuh rute Malang-Surabaya. Sebagai gambaran awal, proses pengetesan ini, dibagi dengan grup 4 orang per mobil.

Tentunya dengan beberapa barang bawaan di bagasi. Jadi tidak menggunakan konfigurasi 7 penumpang, tapi mengambil bobot pertengahan. Tujuannya untuk mengetahui kelincahan dan kemampuannya bermanuver dengan jumlah penumpang seperti itu.

Pemilihan rute ini, karena Malang dan Surabaya merupakan kota yang menjadi salah satu target penjualan Toyota Calya. Selain itu jalur Malang-Surabaya yang memiliki karakter tanjakan dan turunan serta berliku di perkotaan bisa menjadi ajang pembuktian ketangguhan Toyota Calya kepada masyarakat.


Nyaman Tak Berkesan LCGC
Suasana pertama yang dirasakan saat menaiki mobil ini ternyata tidak seperti yang dibayangkan sebagai mobil LCGC. Desain dashboard yang agak mengotak dipadukan kelir warna hitam dan coklat, serta pengunaan kemudi milik Avanza, memberikan kesan mewah pada mobil ini. Ditambah sistem audio yang dilengkapi dual bluetooth, AUX, USB dan MP3 yang cukup menghibur dalam menempuh perjalanan.

Performa Masih Mumpuni
Beralih ke performa, di kesempatan ini kami berkesempatan menjajal dua tipe Toyota Calya sekaligus, yaitu tipe G manual dan G otomatis. Hari pertama kedatangan di Malang, kami menjajal mobil bertransmisi manual. Penggunaan mesin baru 3NR-FE 1.200 cc Dual VVT-i 4 silinder dirasa cukup responsif untuk jalan datar perkotaan. Namun untuk mendapatkan tenaga lebih, terutama untuk melahap tanjakan, diperlukan putaran mesin di atas 4.000 RPM.

Di hari kedua, kami menjajal Calya tipe G otomatis, rute Malang-Surabaya dengan jarak tempuh kurang lebih sekitar 101 kilometer dan memakan waktu sekitar 2 jam, dirasa cukup nyaman menggunakan tansmisi otomatis. Dengan kapasitas mesin 1.200 cc, penggunaan transimisi otomatis di Calya cukup lumayan, bahkan tanjakan dan turunan berhasil dilibas dengan baik.

Untuk konsumsi BBM, Calya dengan transmisi manual terbilang irit, dengan perbandingan BBM 1:19 km per 1 liter bahan bakar. Sedangkan untuk transmisi otomatis terlihat lebih boros, apalagi dengan gaya mengemudi yang agresif untuk melibas tanjakan dan digeber di jalan tol, dengan perbandingan BBM 1:13 km per 1 liter bbm.

Yang menjadi poin plus buat kami adalah pada bagian kaki-kaki, bantingan suspensi Calya jauh lebih nyaman dibanding Agya, bahkan Avanza. Karakter suspensinya tidak limbung dan cukup meredam getaran, ini kami rasakan ketika mobil yang ditumpangi empat orang sengaja melewati jalan keriting dan menghantam lubang baik yang kecil maupun besar, termasuk melibas polisi tidur.

Desain Kabin
Hal unik dan menarik perhatian di mobil ini adalah, rear air circulator (RAC) dan tuas rem tangan. Penggunaan RAC ini kami anggap menarik, karena dari segi efisiensi ternyata piranti ini sangat berfungsi membantu kabin mejadi lebih dingin saat AC dinyalakan. RAC adalah kipas angin yang prinsip kerjanya menghembuskan dingin dari AC depan, yang dihisap oleh kipas kemudian dialirkan ke bagian belakang.

Sementara, yang menjadi catatan kami adalah bentuk dan cara pemakaian rem tangan. Pegangan tuas rem tangan yang lebar dirasa tidak nyaman dan agak menyulitkan. Terutama ketika pertama kali menjajal mobil ini, terlebih bagi kaum wanita. Karena untuk membebaskan kunci rem tangan harus menekan tombol dan menarik tuas ke atas.

Toyota mengklaim, kalau mobil entry level-nya ini punya sejumlah kelebihan. Mesin 1.200 cc yang digendongnya, diklaim masih cukup responsif di putaran tengah ke atas. Kemudian desain bodi yang modern, fitur terlengkap di kelasnya, kabin yang luas dan lega, nyaman, hemat BBM, dan harga terjangkau.

Selain itu, pengaplikasian teknologi drive by wire di Calya juga diklaim meningkatkan efisiensi penggunaan komponen. Itu disebabkan karena tak lagi menggunakan komponen tradisional seperti pompa power steering, kolom setir, selang, minyak rem, booster dan master rem.

"Test drive ini kami adakan di beberapa kota yang menjadi tempat penjualan pertama di Indonesia, sekaligus memperkenalkan di daerah tersebut. Untuk wilayah Jawa Barat test drive mengambil rute Bandung-Garut, Jawa Tengah mengabil rute Semarang-Solo, dan terakhir Jawa Timur mengambil rute Malang-Surabaya," ucap PR Toyota Astra Motor, Rouli Sijabat, di Surabaya, Selasa (20/9/2016).

Jika dibandingkan dengan Datsun Go+ Panca, tentu ada beberapa kelebihan yang membuat Calya pantas untuk dipilih. Tapi semua, kembali kepada pilihan dan selera.(UDA)

M. Bagus Rachmanto 


Sumber: Metrotvnews.com, Rabu, 21 Sep 2016
-------------------
Menelusuri Malang dan Surabaya Bersama Toyota Calya

Toyota Astra Motor (TAM) kembali mengorbitkan produk terbarunya, Calya. Untuk menguji ketangguhan mobil compact Multi Purpose Vehicle dengan 7 kursi ini, femina menjajalnya dengan rute Malang-Surabaya, pada tanggal 19-20 September lalu. Saat mendarat di Bandara Abdurahman Saleh, para jurnalis yang berjumlah 24 orang dibagi ke dalam 6 grup. Masing-masing kelompok langsung diberi kunci untuk mengetes kelincahan Calya. Rute pertama menuju restoran Taman Indie berhasil dicapai dengan waktu sekitar 20 menit. Melewati kota Malang yang cukup padat di siang hari, perjalanan konvoi terasa sangat mulus walau harus menyalip kendaraan beberapa kali.

Setelah makan siang selesai, acara yang bisa dibilang sebagai perjalanan kuliner dilanjutkan ke Gunung Banyak, Omah Kayu. Ternyata tantangan yang harus dilewati sedikit berbeda. Di kontur jalan yang tanpa aspal, menanjak, dan berliku, Calya sukses membuktikan performanya. Menurut  Rouli Sijabat, Public Relations Manager PT Toyota-Astra Motor (TAM), Malang dan Surabaya memang sengaja dipilih dalam ‘Wonderful Journey’ ini.  “Kedua kota ini memiliki kontur jalur yang beragam. Selain itu para peserta juga dapat menelusuri lokasi-lokasi ikonik di Jawa Timur,” ucapnya.

Rute berikutnya adalah kembali turun ke kota menuju Ijen Suites Hotel Malang. Karena bertepatan dengan jam pulang kantor, kami sempat terjebak dalam kemacetan. Untungnya, Calya memiliki fitur yang lengkap seperti luas leg room yang lega, slot power supply di baris depan dan belakang untuk mengisi ulang baterai gadget, serta rear air circulator yang mengalirkan udara dingin ke bagian belakang.

Keesokan harinya, jam 9 pagi kami semua meluncur ke Surabaya. Tentunya setelah melewati santap pagi di Rawon Nguling yang terkenal dengan potongan daging rawonnya yang besar tetapi lembut. Jika kemarin kami mencoba Calya Manual, sekarang gantian dengan Calya Automatic. Melewati tol Gempol-Pandaan, mobil dites dengan kecepatan tinggi.

Saat jarum spidometer menyentuh 130 kpj, mobil terasa anteng dan limbung hampir tidak terasa. Stabilitas ini disebabkan karena pemilihan suspensi, desain body, dan faktor ketinggian mobil yang tidak jangkung. Menurut Henry Tanoto, Vice President Director PT Toyota Astra Motor yang turut hadir dalam acara ini, mengatakan bahwa menciptakan mesin yang kuat, mulus, dan ringan, menjadi salah satu komitmen Toyota, di samping faktor keselamatan. (f)

Sumber: Femina, 10 Oct 2016
----------------------
MENJAJAL TOYOTA CALYA DI ATAS ASPAL MALANG-SURABAYA

Toyota mengajak puluhan jurnalis ke Malang pada 19-20 September 2016 untuk mengikuti acara test drive All New Calya. Toyota menyediakan 6 unit transmisi manual dan otomatis untuk dieksplorasi dalam acara “Wonderful Journey”.

test drive calyaSatu mobil diisi 4 jurnalis dan saya berkesempatan menjajal pertama jadi driver versi manual. Berbekal tulip kami diharuskan menuju ke kawasan wisata Omah Kayu, Gunung Banyak, dataran tiggi Batu, Malang.

Selama di jalan perkotaan semua berjalan lancar. Perpindahan gigi mulus-mulus saja. Tuas transmisi di dasbor pada saat awal agak terasa janggal namun lama-lama Anda akan terbiasa. Tapi ada kejadian lucu ketika 2 rekan saya semobil tangan kirinya sempat mencari-cari tuas transmisi yang ternyata sudah pindah ke dasbor hehe..

Pandangan cukup luas. Posisi duduk sebagai penumpang cukup lega. Fitur EPS (Electronic Power Steering) sangat membantu mengendalikan mobil saat di keramaian jalan. Kami harus melewati jalan perkotaan bahkan pasar. Angkot yang berhenti mendadak, motor yang tiba-tiba belok, dapat mudah kami taklukkan. Buat mobil perkotaan dimensi Calya sangat pas.

Tibalah saatnya masuk kawasan Batu. Jalannya terus menanjak dan berkelok-kelok. Di beberapa titik pendakian saya mencoba gigi 2 dan 3. Di trek ini kami tidak bisa ngebut karena terhalang kendaran lain dan beberapa mobil boks yang berjalan pelan. Di jalan ini stabilitas mobil sangat terjaga. Suspensi (medium) cukup nyaman, karena ada satu kawan jurnalis wanita terus ngetik berita di hapenya dan tidak merasa mual saat berkelok-kelok.

Di kesempatan kedua, rute Gunung Banyak ke hotel di kota Malang, saya jadi navigatornya. Bro Stephen Langitan dari SL.com jadi driver-nya. Ia pun merasakan hal yang sama kalau performa tipe manual ini dengan mesin 3NR-FE 1.200cc, 4 silinder, dual VVT-i, memberikan performa mesin yang memuaskan, baik di jalan tanjakan maupun turunan. Penyaluran tenaga dan torsi di setiap putaran mesin terasa mantap.

Keesokan harinya, kami mendapat jatah versi otomatis. Kali ini gantian yang jadi driver Bro Handi dari otojatim.com. Sementara Sis Pamela dari Harian Kontan lebih suka duduk jadi penumpang. Ngetik melulu enggak kelar-kelar. Di hari kedua ini kami mengarah ke kota Surabaya lewat jalan tol.

Di rute ini saya sengaja duduk di belakang untuk ngetes kursi baris ketiga. Di jalan tol saya merasakan suara cukup bising masuk ke kabin belakang yaitu suara ban belakang yang beradu denan aspal beton tol. Lalu dengan cuaca panas kota Surabaya, agak ribet juga nyetel air circulator. Di max, suaranya cukup keras, tapi kalau di min, penumpang belakang kurang dingin. Serba salah. Di beberapa ruas tol terdengar bunyi “jeduk” dari suspensi belakang.

Menurut rekan Handi, versi otomatisnya cukup responsif. Tapi kalau pada kecepatan tinggi dan langsung ngerem, maka buat akselerasi lagi agak lambat. Tapi setelah putaran mesin berada di 2.000 rpm kendaraan baru mulai bergerak. Barangkali situasi ini juga jamak terjadi di beberapa mobil otomatis sekelas Calya.

Saat di tol jarum spidometer semat menyentuh 120 kpj. Secara umum mobil terasa anteng, gejala limbung hampir tidak terasa. Barangkali stabilitas ini disebabkan oleh pemilihan suspensi, desain bodi dan faktor ketinggian mobil yang tidak jangkung.

Oiya, di sesi test drive ini tidak diuji konsumsi bahan bakarnya. Namun kata bro Handi, start dari hotel di Malang hingga Surabaya dengan gaya mengemudi campuran bisa dihasilkan 1: 17. Bila masih penasaran silakan test drive sendiri sebelum mengisi form SPK.

(Gam, Photo: Gam, Toyota) #Selfiejournalism, Gondrink

Sumber: http://www.otomotifmagz.com/menjajal-toyota-calya-di-atas-aspal-malang-surabaya/, 21 SEP 2016
---------------------
Test Drive Toyota Calya, Jelajah Malang Suspensi Berkesan

PT Toyota Astra Motor (TAM) mengakhiri roadshow sesi test drive bertajuk Calya Wonderful Journey di kota Malang, Jawa Timur. Sebagai gambaran, tim AutoDigest.co berkesempatan menjamah Toyota Calya tipe G bertransmisi manual pada keberangkatan pertama.

“Test drive ini kami adakan di beberapa kota yang menjadi tempat penjualan pertama di Indonesia, sekaligus memperkenalkan di daerah tersebut. Untuk wilayah Jawa Barat test drive mengambil rute Bandung-Garut, Jawa Tengah mengambil rute Semarang-Solo dan terakhir Jawa Timur mengambil rute Malang-Surabaya,” ucap Head of Public Relation PT Toyota Astra Motor, Rouli Sijabat di Malang, Jawa Timur, Selasa 20/9.

TAM menyiapkan 6 mobil yang masing-masing dipenuhi oleh 4 orang dari berbagai media nasional dan daerah. Rute yang ditawarkan pun cukup menantang, kami diajak bertualang menuju Omah Kayu di Gunung Banyak yang ada di kawasan Kepanjen, Malang.

Selama perjalanan, kesan pertama menaiki mobil ini hanya satu yaitu serasa menduduki versi ‘mini’ dari Innova. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk dashboard yang terlihat cukup mewah. Fitur entertainment yang diberikan pun cukup asyik mulai dari perangkat audio yang dilengkapi dual Bluetooth, AUX, USB dan MP3. Selain itu, terdapat juga fitur koneksi Bluetooth untuk menjawab panggilan telpon, asyik kan!

Hari pertama tiba di Malang, tim kami mencoba mobil Calya tipe G bertransmisi manual. Penggunaan mesin baru berkode 3NR-FE 1.200cc, 4 silinder, dual VVT-I, ini dirasa cukup responsif untuk jalan datar perkotaan. Namun kami merasa mesin tersebut sedikit ‘lesu’ dalam mengeluarkan tenaga di putaran bawah. Ketika ditanyakan, ternyata hal tersebut memang merupakan salah satu karakter dari fitur drive by wire yang disematkan. Di sisi lain, drive by wire diklaim meningkatkan efisiensi penggunaan komponen. Itu sebabnya, tak lagi digunakan komponen tradisional seperti pompa power steering, kolom setir, selang, minyak rem, booster dan master rem.

Dalam perjalanan menuju rute pertama, tim mengalami sedikit kendala. Tim dengan terpaksa harus berpisah dari rombongan karena tersasar. Selama perjalanan, kami menempuh rute dengan kontur jalanan rusak yang berlubang di setiap tanjakan. Hal pertama yang kami rasakan adalah suspensi yang diberikan cukup nyaman. Bantingan kaki-kakinya membuat mobil selalu dalam keadaan stabil tanpa adanya gejala limbung.

Selama terpisah dari rombongan, kami menikmati indahnya pemandangan kota apel dengan hamparan sawah yang hijau, sungai, hingga melewati ilalang yang melebihi mobil yang kami tumpangi. Akibat tersasar, perjalanan menuju Omah Kayu dihentikan. Selama lebih kurang 3 jam perjalanan, yang paling berkesan adalah posisi duduk yang nyaman. Hal tersebut bahkan dirasakan oleh penumpang dengan postur 172 cm yang mencicipi setiap baris joknya.

Ketika menjadi pengemudi, badan terasa cukup rileks sehingga tidak terasa cepat lelah. Hal yang sama dirasakan ketika penumpang lain mencicipi bangku di sebelah supir dan di baris kedua. Ruang kaki cukup luas, sehingga bisa leluasa bergerak dengan nyaman.

Di baris ketiga, pemilik postur 172 cm terasa sempit. Kepala dan kaki sedikit terasa pegal jika diajak berkendara jauh, tetapi hal ini bisa diatasi dengan memajukan jok di baris kedua. Walaupun jok baris kedua dimajukan, penumpang di baris kedua tetap mendapatkan ruang kaki yang lega. Suspensi dan kabin yang relatif lega memberi kesan yang mendalam bagi tim kami.

http://autodigest.co/test-drive-toyota-calya-jelajah-malang-suspensi-berkesan/, 12 September 2016
---------------------

Menelisik Toyota Calya Sebelum Test Drive di Malang

Dari pertama kali melihat sampai benar-benar mencobanya, saya lebih nyaman menyebut Toyota Calya sebagai LCGC Strechback daripada sebuah MPV 7-penumpang.

Mulai 19-20 September 2016 Mobil123.com berkesempatan mengendarai Toyota Calya dari Malang – Surabaya bersama sejumlah media nasional dan daerah.

Dari sisi tampilan mungkin Anda semua juga sudah melihatnya langsung dan memiliki pendapat serta padangan sendiri-sendiri. Dari balik kacamata saya, acungan jempol rasanya layak diberikan kepada para desainer Toyota Calya.

Ramuannya cukup memuaskan padangan mata, padu-padan tarikan garis tegasnya menghadirkan kesan sporty pada tampilan Toyota Calya. Terlebih saat mencermati desain keen look yang menjadi ciri khas model-model Toyota terkini pada bagian bonnet. Sementara dari sisi lain, khususnya samping dan belakang, saya melihat aura MPV yang menjadi saudara tuanya yakni Toyota Kijang Innova namun dengan ukuran lebih kecil.

Satu hal menarik perhatian saya saat mencermati dimensi Toyota Calya secara keseluruhan. Dengan panjang 4.070 mm apakah tepat jika masuk klasifikasi sebuah MPV 7-penumpang?

Toyota Kijang adalah benchmark paling awal sebuah MPV bonnet 7-penumpang di Indonesia. Kala itu rata-rata panjang kendaraan dari generasi ke generasi mencapai 4.400 mm plus. Kemudian disambung oleh Toyota Kijang Innova dengan ukuran lebih panjang, mencapai 4.585 mm. Dari ukuran ini, bukan masalah untuk benar-benar menampung penumpang dewasa rata-rata orang Indonesia, sekitar 165 cm plus.

Lahirnya Toyota Avanza pada tahun 2004  menjadi awal tereduksinya ukuran panjang sebuah MPV 7-penumpang di Indonesia. Mobil yang langsung laris manis di pasaran ini dan telah terjual lebih dari 1 juta unit memiliki panjang 4.140 mm.

Lebih pendek sekitar 40 cm dibandingkan keluarga Toyota Kijang dan dengan harga yang sangat terjangkau saat itu. Apalagi Toyota Kijang dengan Innova sudah mulai naik kelas, perlahan tapi pasti mulai lepas dari jangkauan budget keluarga Indonesia untuk membeli kendaraan tidak seperti era sebelumnya.

Dengan proporsi yang sedemikian, jok baris ketiga pada Toyota Avanza awalnya juga menuai beberapa protes. Karena penumpang-penumpang dewasa sudah mulai merasa tidak nyaman untuk menghuni baris ketiga. Rasanya kaki akan pegal jika berkendara terlalu lama.

Catatan saya dulu ketika pertama kali menguji Toyota Avanza adalah posisi duduk baris ketiga yang terletak persis di atas sumbu roda belakang. Dengan ukuran headroom yang terbatas, kepala saya sering terantuk kaca belakang ketika mobil melewati gundukan-gundukan saat kecepatan pengendalian normal.

Masih soal Toyota Avanza, bersama Daihatsu Xenia, menggunakan unibody gabungan antara ladder frame dan dilas langsung di atas bodi monokok. Dan juga penggerak roda belakang.

Berbeda dengan para kompetitornya di kelas low MPV seperti Honda Mobilio, Suzuki Ertiga atau Nissan Livina yang menggunakan chassis monokok dan sistem gerak-roda depan.

Toyota mengklaim dengan ini Toyota Avanza bakal lebih tangguh digunakan di segala medan dan tetap kuat untuk dijejali 7 orang penumpang atau muatan penuh.  Meski bahaya laten dari ladder frame tetap selalu mengintip yakni masalah bobot lebih berat.

Kendaraan 7-penumpang yang nyaris memiliki panjang sepadan dengan Toyota Calya adalah di kelas minivan seperti contohnya Daihatsu Gran Max. Dengan panjang 4.045 mm minivan ini hanya lebih pendek 2.5 cm dibanding Toyota Calya.

Namun dengan peletakan mesin di bawah jok depan dan sumbu roda lebih panjang 12.5 cm dibanding dengan Toyota Calya, Daihatsu Granmax memiliki ruang kabin lebih lapang termasuk pada jok baris ketiga.

Dan hari ini keluarga Indonesia disuguhi Toyota Calya yang merupakan versi lebih panjang dari Toyota Agya di kelas LCGC. Toyota Calya yang saat ini booming di pasaran dengan SPK mencapai lebih dari 18 ribu unit dalam 2 bulan kemunculannya, memiliki ukuran lebih panjang sekitar 47 cm dari Toyota Agya.

Dengan ini Toyota Calya telah menggunakan body monokok dan juga penggerak roda depan.

Pertanyaan yang muncul dalam benak saya, apakah dengan dimensi lebih kecil, body monokok dan penggerak roda depan Toyota Calya bakal menyeguhkan warna lain sebuah MPV lansiran Toyota ?

Saat menulis ini saya memang belum mencoba berkendara Toyota Calya. Hanya mengamatinya bersama teman editor Otospirit.com saat pameran GIIAS 2016. Teman yang bertinggi badan sekitar 165 cm sempat mencoba duduk di baris ketiga dan “pas” setelah melakukan adjusment pada bangku baris kedua. Saat itu ia hanya duduk di Toyota Calya di tengah ruang pamer, bagaimana suasana duduknya kala berada di perjalanan ?

Sembari masuk ke kabin untuk memulai perjalanan, terbesit dalam batin saya jika mobil ini lebih tepat disebut LCGC Strechback atau secara harfiah benar sebuah hatchback (Toyota Agya) yang sedikit ditarik atau dipanjangkan dibandingkan MPV 7-penumpang.

Jika saya bandingkan dengan Datsun Go+ Panca yang memiliki panjang 3.955 mm, Toyota Calya lebih panjang sekitar 7 cm. Dengan ukuran sedemikian Datsun tidak menyebut Datsun GO+ Panca sebagai sebuah MPV 7-penumpang melainkan 5 penumpang plus 2 anak kecil di baris ketiga.

Saya harap ada kejutan saat mencoba Toyota Calya sebentar lagi. [Ari/Idr]

KRISNA ARIE  |

https://www.mobil123.com/berita/menelisik-toyota-calya-sebelum-test-drive-di-malang/41560, 19 SEPTEMBER 2016

No comments:

Post a Comment