Monday, February 12, 2018

Ini hasil test drive Toyota Calya di Semarang-Solo

Toyota Calya 2016 Merdeka.com
Pekan lalu, Merdeka.com bersama beberapa jurnalis diundang melakukan test drive Astra Toyota Calya, mobil entry MPV 7 penumpang. Mengambil rute Semarang-Solo, pihak Toyota Indonesia menyiapkan lima unit Calya untuk dijajal para awak media.

Calya warna putih dengan transmisi otomatis menjadi tunggangan Merdeka.com bersama tiga jurnalis lain. Ya, berisi empat penumpang dan bagasi cukup penuh, Calya yang sudah dipesan sebanyak 21.700 unit per 10 September lalu siap melaju di jalanan ibukota provinsi Jawa Tengah ini.


Setelah berputar-putar di Semarang untuk mengunjungi beberapa resto menarik, Calya melaju menuju tol Semarang-Bawen. Siang itu beberapa ruas jalan di semarang cukup padat. Masuk di segmen low cost green car (LCGC), Calya mengusung mesin terbaru bersandi 3NR berkapasitas 1.200 cc menggunakan teknologi dual VVT-i.

Jalan Dalam Kota
Berkendara di Semarang dengan kondisi jalan normal, Calya berkesan enak dikendarai, dengan setir ringan sehingga mudah dikendalikan. Menggunakan transmisi otomatis, Calya putih semakin nyaman dikendarai. Joknya tidak terlalu tebal memang, tapi desain dashboard yang melandai tampak rendah sehingga visibilitasnya cukup baik.

Cukup letakkan transmisi di posisi D4, Calya mampu menaklukkan jalan raya ibukota provinsi Jawa Tengah ini. Tak perlu menekan pedal gas terlalu dalam, karena mesin 1.200 cc empat silinder ini cukup responsif memenuhi keinginan pengemudi. Didukung sistem penggerak roda depan, Calya mudah berakselerasi di jalan raya, seperti untuk melewati kendaraan yang melambat di depan.

Cuma mesti waspada, saat jalanan mendaki dan macet, seperti saat saya melewati ruas jalan menuju tol Semarang-Bawen. Saat mobil dalam keadaan stop and go itu, saya menginjak pedal gas cukup dalam supaya jalan mendaki dan macet itu bisa ditaklukkan. Akibatnya mesin yang menghasilkan torsi maksimal 11 kgm pada putaran mesin 4.200 rpm sedikit meraung dan ini cukup terdengar dari dalam kabin. Tapi tak usah khawatir, Calya tidak mundur saat mendaki kok.

Yang cukup mengganggu saat membawa Calya di jalan dalam kota ini, tuas transmisi otomatisnya yang agak los, saat mesti pindahkan tuas dari posisi P, R, N, D4, 3, atau 2. Akibatnya, tuas sering kelebihan posisi. Ditambah letak transmisi yang menempel di dashboard, ada faktor gravitasi yang membuat tuas transmisinya kian los. Mestinya tuas transisi agak tertahan di setiap pergantian posisi, mengingat Calya menyasar pembeli mobil pertama, yang user experience-nya untuk transmisi otomatis rendah.

Dimensi bodinya yang kompak, membuat Calya mudah membelah jalan kota Semarang yang cukup padat saat itu. Lepas dari jebakan macet itu, Calya putih melaju di jalan tol Semarang-Bawen. Kondisi jalan tol saat itu lengang dan cuaca cukup terik. Kondisi ini saya manfaatkan untuk memacu mobil entry MPV ini.

Jalan Tol
Cukup terkejut dengan kinerja Calya di jalan bebas hambatan ini. Saya mudah melaju hingga tak merasa mobil sudah mencapai kecepatan 120 kilometer per jam (kpj). Dibandingkan kompetitor, suara bising yang biasanya timbul saat melaju di atas 80 kpj, mampu diredam dengan baik di kabin Calya.

Saat melaju di ruas tol Bawen yang mendaki-melandai, Calya tak kehilangan tenaga meski kecepatannya sulit beranjak lebih dari 120 kpj. Saya juga tak khawatir melaju cepat, karena Calya memiliki sistem pengereman terbaik di kelas LCGC 7 penumpang, berkat ventileted disk untuk roda depan dan rum untuk roda belakang, serta Anti-Lock Braking System (ABS). Apalagi dari sisi keselamatan, Calya memenuhi standar New Car Assessment Program For South Asian Countries (ASEAN-NCAP) dengan rating 4.

Bodi mobil juga cukup stabil, tanpa body movement yang besar, sehingga mobil masih enak dikendalikan saat melaju kencang. Ini berkat sistem suspensi McPherson Strut with Coil with Stabilizer di bagian depan, dan Semi Independent Torsion Axle Beam with Coil di bagian belakang (tipe E), serta Semi Independent Torsion Axle Beam with Coil with Stabilizer (tipe G). Saat melaju itu, mobil tidak mantul-mantul seperti Avanza generasi pertama. Tapi hati-hati dengan kemudinya yang ringan. Sistem penggerak roda depannya juga cukup fungsional saat melibat di tol Bawen, lantaran Calya memiliki kemampuan akselerasi yang cukup baik.

Saat keluar tol, saya berganti posisi sebagai penumpang. Posisi duduk di baris kedua cukup lega dan nyaman. Head room dan knee room cukup untuk orang dengan tinggi badan sekitar 170 centimeter. Jika kurang nyaman, posisi jok baris kedua ini bisa maju-mundur. Tantangannya ada di posisi duduk jok baris ketiga. Kabin juga cukup dingin, berkat adanya fitur A/C Circulation yang membawa udara dingin dari depan ke belakang.

Berada di segmen entry MPV dengan harga mulai Rp 132 jutaan, Calya memiliki fitur yang lengkap di atas rata-rata di segmennya. Desain eksteriornya sporty yang dibuat lewat bahasa desain Toyota, keen look dan under priority. Lihat saja lampu depan berbentuk heksagonal dan grille trapesium.

Mobil mini yang mampu menampung 7 penumpang ini berlimpah fitur, macam power window, on-off Eco Indicator, dan layar informasi Multi Display. Ditambah fitur keselamatan immobilizer, sealtbelt dengan Pretensioner and Force untuk 7 penumpang, dual SRS Airbag, Driver Seatbelt Reminder, dan Parkir Sensor.

Untuk entertainment atau hiburan, Calya dilengkapi dengan 4 speaker dari feature audio 2 DIN CD/USB/MP3/Aux untuk tipe E dan 2 DIN CD/USB/MP3/AUX/Bluetooth/Voice Call untuk tipe G. [ega]

Reporter : Syakur Usman

Sumber: Merdeka.com, Kamis, 22 September 2016

No comments:

Post a Comment